Sebagai manusia, terkadang seorang Ibu juga bisa lepas kendali sehingga dengan mudahnya membentak anak, padahal kesalahan yang diperbuat sang anak mungkin merupakan kesalahan sepele sehingga masih bisa dibicarakan baik-baik.

Menurut psikolog Matthew McKay, PhD seperti dilansir Nakita, memarahi atau bahkan sampai memukul anak ada baiknya dihindari karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental anak-anak, menyebabkan anak memiliki jiwa yang kurang empati di kemudian hari. Tidak ingin anak-anak menjadi seperti itu ‘kan, Smart Parents?

Penelitian lain yang diterbitkan di jurnal Child Development, seorang Ibu cenderung mengubah cara mendisiplinkan anak ketika buah hatinya sudah tumbuh remaja. Perubahan tersebut bisa mengarah ke lebih mudah marah dan menjadi lebih kasar. Dari penelitian itu, terungkap bahwa jika seorang Ibu memarahi sampai membentak anak sejak mereka berusia 13 tahun atau kurang, maka anak tersebut berisiko besar punya perilaku yang emosional saat tumbuh dewasa kelak.

Cara Melatih Anak untuk dapat Mengontrol Emosinya

Salah satu cara yang bisa dicoba, menurut Sandra Thomas, PhD, profesor dari Universitas Tennnesse seperti dilansir Nakita, cobalah untuk memvisualisasikan anak-anak kembali menjadi bayi. Dengan melakukan sugesti seperti itu pada diri sendiri, emosi seorang ibu bisa menjadi reda dan bisa berpikiran lebih baik terhadap anak. Bayangkan saja bagaimana menggemaskannya anak saat masih bayi dulu.

Cara kedua adalah cobalah untuk tidak mudah terpancing amarah. Wajar bila ibu merasa kesal kepada anak, tetapi saat merasa kesal itu mulailah untuk beristirahat saja. Menurut psikolog Laura J. Petracek, PhD, kuncinya adalah menenangkan diri dulu. Dengan selalu tenang menghadapi setiap perilaku anak, seorang ibu bisa mencoba untuk lebih memahami anaknya, bukan?

Cara ketiga, yang masih tidak jauh berbeda dengan cara kedua, adalah coba untuk mengekspesikan kemarahan dengan cara yang berbeda. dr. Kevin Adrian dari Alodokter, seperti dilansir The Asianparent Indonesia, mengatakan bahwa seorang ibu sebaiknya menenangkan diri dulu sebelum berkata apapun terhadap anak. Setelah merasa tenang, barulah ibu bisa mengekspresikan marahnya dengan cara yang tetap tegas tapi tidak RTP menggunakan bahasa yang kasar terhadap anak.

Walau begitu, mudah marahnya seorang ibu tidak selalu merupakan kesalahan sang ibu sendiri. Menurut psikolog Sri Juwita Kusumawardhani M.Psi, seorang ibu memang membutuhkan apa yang disebut sebagai me time. Ibu yang marah kepada anaknya bukan berarti karena tidak sayang, tetapi kadang karena ibu merasa tertekan dengan tugas sehari-hari. Seorang ibu membutuhkan “me time” saat sudah mulai merasa tegang ataupun cemas.”Penting memiliki me time atau kegiatan yang menyenangkan bagi ibu, agar ibu tetap bahagia dan bebas stress,” kata Sri Juwita, dikutip dari detikcom.

Tidak perlu repot-repot untuk “me time”, melakukan kegiatan seperti menonton film atau pergi ke salon bertemu teman-teman bisa membuat seorang ibu menjadi lebih bahagia, sehingga bisa bersikap lebih positif.

Deixe um comentário

O seu endereço de e-mail não será publicado. Campos obrigatórios são marcados com *